Rabu, 15 April 2009

REPDEM: PERUBAHAN BERSAMA MEGAWATI


Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) dideklarasikan 52 aktivis garis keras berdasarkan kebersamaan dalam cita-cita membangun dan membesarkan PDI Perjuangan untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat. Di berbagai daerah, Repdem disambut positif. Kini telah terbentuk 24 cabang se Indonesia.
Luar biasa! Mungkin kata itulah yang tepat untuk menunjukkan fenomena begitu cepatnya organisasi Relawan Per­juangan Demokrasi Indonesia (Repdem) berkembang. Bayangkan, kurang dari empat bulan sejak dideklarasikan pada 3 Februari 2004, saat ini sudah memiliki 24 cabang di Indonesia. Artinya. organisasi yang bertekad menggalang para aktivis pergerakan ke PDI Perjuangan ini berhasil mem­bangun enam cabang di tingkat kabupaten/kota per bulan. Tentu ini bukanlah pekerjaan ringan.

Sejarah Repdem berawal menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) Putaran II lalu. Pada saat itu, menurut Koordinator Repdem Bambang Beathor Suryadi, yang terjadi adalah Megawati yang mewakili kelompok sipil berhadapan dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang mewakili kelompok tentara. Demi memperkuat posisi sipil, maka lahirlah elemen-elemen yang mendukung Megawati. "Ada elemen yang menyebut dirinya bari­san sipil bersatu, ja­ringan demokrasi sipil, terus jaringan-jaringan yang menyatakan sipil dan demokrasi," ujar Beathor. Ketika Mega­wati sudah mengatakan kekurangan suara, maka beberapa di antara akti­vis berkumpul di Jatine­gara. Dan di Jatinegara inilah terlontar pembi­caraan untuk mendirikan Repdem yang berafiliasi ke PDI Perjuangan.


"Bergabungnya Masinton yang telah melakukan perlawanan ter­hadap militer, kemudian Budiman Sudjatmiko yang juga menyatakan diri mau ikut ke partai. Ini gabungan dari beberapa kelompok yang menyatakan diri bersedia masuk ke partai PDI Perjuangan," lanjut Beathor.

Patut dicatat, melalui berbagai pendekatan dan komunikasi yang intens, sebagai langkah awal terhimpunlah 52 nama yang selama ini dike­nal sebagai aktivis "garis keras": Mereka siap mendeklarasikan diri sebagai Repdem. Uniknya, dalam organisasi ini tidak hanya aktivis yang dicap "kiri" seperti Budiman Sudjatmiko, Wignyo, dan lain-lain yang bergabung, tetapi aktivis dari Gerakan Pemuda Islam pun ada, seperti Ben Yono.

"Faktor yang mempersatukan adalah cita-cita dan kebersamaan. Memiliki kebersamaan dalam cita-cita membesarkan dan membangun partai," tandas Beathor. Cita-cita bersama itu kemudian dirumuskan dalam sebuah platform yang terdiri dari beberapa point. Salah satunya, ideologi ke­rakyatan berdasarkan Piagam Pancasila 1 Juni 1945 (berdaulat secara politik, mandiri dibidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebuda­yaan).

Mengapa menggunakan nama "relawan"'? "Sempat terpikir gerakan pro-demokrasi. Tapi karena gerakan pro-demokrasi banyak yang menyeberang ke pihak militer yang menindas demokrasi, maka kami alergi menggunakan nama pro-demokrasi. Kami pakailah relawan," jelas Beathor.

Masuknya aktivis Repdem ke PDI Perjuangan mendapat tanggapan positif dari berbagai cabang. Hal ini menunjukkan akar rumput PDI Perjuangan sangat gembira dengan bergabungnya aktivis-akti­vis tersebut. "Saya sangat setuju. Seperti Budi­man Sudjatmiko, yang kami tahu adalah pejuang demokrasi. Sudjatmiko ini orang keras. Mudah­-mudahan bisa mewarnai," kata Ketua DPC Kabu­paten Pandeglang Aris Turis Nadi.

Sebagai organisasi anak muda pro PDI Per­juangan, Repdem tentu memiliki target. Pertama, mendapatkan kembali suara yang hilang sebesar 16 juta suara. Kedua, merebut suara pemilih pemula sebesar 25 juta. Ketiga, meraup suara golput sebesar 20 persen dari jumlah pemilih yang terdaftar di KPU. Keempat, mengumpul­kan kembali suara kader yang berserakan karena "kecewa" dengan melakukan rekonsiliasi.

Untuk mencapai target tersebut, Repdem memiliki enam agenda. Pertama, aksi protes massal maupun delegasi atas berbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Kedua. advokasi kasus perseIisihan rakvat dengan pemerintah. Ketiga, kampanye simpati pemilih pemula dalam bentuk keljasama entertaintment seperti olahraga dan musik. Keempat, kerjasama/binamitra dengan kelompok penggerak golput. Kelima. menggalang solidaritas sosial peduli benca alam (bakti sosial). Keenam, kegiatan kajian seperti diskusi, seminar, dan training atau pendi­dikani politik.

Untuk tetap meneguhkan aktivis yang ber­gabung di dalamnya, Repdem membuat semacam kode etik yang disebut Prinsip Dasar Repdem. Kader-kader Repdem wajib menjunjung tinggi prinsip dasar tersebut. Prinsip dasar itu ada tujuh. Di antaranya, pertama, Piagam PDl Perjuangan, AD/ART.Kedua, menjaga semangat dan ketu­lusan aktivis partai agar dekat dan erat dengan rakyat. Ketiga, mengawal terlaksananya program partai di kalangan massa rakyat secara disiplin. Dan keempat, kader-kader perjuangan yang tidak tinggi hati, ramah pada rakyat, dan mencari keuntungan material dari partai dan dari rakyat".

Repdem ke depan, menurut Masinton Pasaribu sekretaris Repdem, adalah membangun cita-cita nasional, demokrasi, kerakyatan bersama-sama dengan masyarakat atau konstituen PDI Perjuangan lainnya dalam rangka penegakkan kedaulatan . "Seperti apa
yang pernah diutarakan oleh Bung Karno dulu dengan istilah Trisakti. Berdaulat di bidang politik, mandiri dibidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan," kata Masinton.

Lalu bagaimana, soal gagasan perubahan yang kini banyak disebut-sebut menjelang kongres? Masinton setuju dengan perubahan. "Partai memang perlu dibenahi. Repdem sangat mendukung perubahan. Tapi perubahan bersama Mega".


(Arsip K.Prawira: "Repdem: Perubahan bersama Megawati", BANGSA, Edisi 10 Senin 28 Maret 2005)

Tidak ada komentar: