Kamis, 15 Juli 2010

Kunjungan SBY ke Tama Cuma Pencitraan Politik



Tribunnews.com - Sabtu, 10 Juli 2010 17:34 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petisi 28 mendesak Presiden SBY memberikan deadline kepada Kapolri Bambang Hendarso Danuri untuk mengungkap pelaku penganiyaan aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama S Langkun.

Melalui juru bicaranya, Masinton Pasaribu, kunjungan Presiden SBY menjenguk Tama di rumah sakit, tak berguna apapun bila tidak ada komitmen Presiden mendorong Kapolri mengungkap pelaku penganiyaan.

"Sikap Presiden SBY menjenguk aktivis ICW, Tama S Langkun di rumah sakit, patut dihargai. Tetapi, menjadi tidak ada manfaatnya bila tidak diikuti dengan tindakan kongkrit, yaitu, memerintahkan Kapolri segera menangkap dalang dan pelakunya dalam waktu seminggu ke depan."

"Jika Kapolri tidak mampu mengungkap dan menangkap dalangnya maka Presiden harus segera mencopot Kapolri," tandas Masinton kepada Tribunnews, Sabtu (10/7/2010).

Petisi 28, imbuh Masinton, juga meminta Presiden SBY tidak menjadikan korban kejahatan para mafia dan koruptor sebagai alat pencitraan kekuasaannya.

Saat ini, tandasnya, sudah bukan jamannya lagi main pencitraan."Bermain pencitraan, dan jaim-jaiman (jaim-jaga image), itu sudah tidak berlaku lagi saat ini."

"Preisden SBY harus berani menggunakan kewenangannya untuk memberantas kejahatan korupsi. SBY harus membuktikan bahwa negara tidak boleh kalah melawan mafia dan kejahatan korupsi," tegasnya.

Sementara itu, aktivis Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) yang juga Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menandaskan, kunjungan Presiden SBY terhadap aktivis ICW, Tama S Langkun, tak lebih dari sikap pencitraan yang sedang dipertontonkan kepada publik.

Yang diinginkan publik, serta para aktivis adalah bukti kongkrit pemerintah dalam memberantas korupsi dan membangun bangsa ini menjadi lebih baik.

"Kami sarankan kepada Presiden, lebih baik fokus saja kepada pembangunan bangsa ini. Para aktivis tidak butuh perhatian dan perlakukan istimewa. Kami hanya butuh Republik ini dikelola secara benar-benar dan sungguh-sungguh, " tandas Ray Rankuti.

"Kunjungan Presiden SBY ke Tama bukanlah hakekat yang diinginkan. Bagi kami para aktivis ini yang paling utama adalah segera kepolisian menangkap dan mengungkap pelaku teror baik kepada Tempo maupun kepada Tama."

"Lebih dari itu, Presiden memperhatikan dengan seksama kasus yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, khususnya terkaitan dengan rekening gemuk beberapa Polri. Itulah perhatian yang paling utama dihajatkan oleh para aktivis jauh melebihi kebutuhan kunjungan Presiden," tandasnya.

Tidak ada komentar: