Kamis, 30 Oktober 2008

Masinton dan Rakyat

Rangkuman Dialog Masinton dengan Rakyat

Kami menyajikan pointers rangkuman berbagai dialog Masinton dengan warga masyarakat yang dia kunjungi diberbagai titik di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Melalui jaringan pertemanan Masinton diperkenalkan kepada masyarakat, berkumpul secara guyub, lesehan dirumah atau pekarangan warga sambil minum kopi, air mineral, dan makan-makanan ringan. Tua-muda berbaur sambil ngobrol-ngobrol, saling berkenalan, dan saling bercanda hingga suasana cair dan terkesan informil. Biasanya guyub-guyub tersebut dihadiri tidak lebih dari dua puluh orang yang difasilitasi oleh warga setempat. Setelah suasana kondusif dan mencair, barulah Masinton menyampaikan paparannya dengan bahasa yang sederhana, dalam suasana rileks agar dengan mudah dipahami oleh warga yang mendengarkannya.

Seluruh keluh kesah, pesimisme, bahkan apriori warga dia dengarkan dengan seksama, dijawab dengan solusi kritis, dan Masinton menjelaskannya sebagai bentuk pendidikan politik yang mencerahkan rakyat.

  • Tentang Janji-janji Palsu

Warga : sekarang apa-apa mahal bang, dari tahun ke tahun janji kampanye cuma janji doang, kenyataannya setelah terpilih, mahal semua, apa-apa susah.

Masinton : Benar bang, sekarang semuanya serba mahal. Apalagi sejak pemerintahan SBY-JK menaikkan harga BBM, praktis beban rakyat semakin berat. Padahal janjinya sejak menaikkan BBM pada tahun 2005 yang lalu SBY ngomong ke publik bahwa dia tidak menaikkan harga BBM hingga akhir jabatannya. Tapi kenyataannya janji tinggal janji, langkah pemerintahan yang berpihak pada rakyat adalah tidak menaikkan BBM dalam situasi ekonomi masyarakatnya sedang sekarat. Artinya, kenaikan BBM tahun 2005 lalu sudah membuat ekonomi dan kehidupan rakyat jatuh terpuruk, dan dengan dinaikkannya lagi harga BBM tahun 2008 kemarin berarti SBY-JK menimpakan tangga kepada rakyatnya yang sedang jatuh. Akhir-akhir ini melalui media massa entah itu televisi, koran, dan radio kita dikejutkan dengan berita-berita tentang saudara-saudara kita yang bunuh diri karena himpitan ekonomi. Bahkan ironisnya lagi ada yang bunuh diri satu keluarga, ada anak busung lapar, kurang gizi, dan anak sekolah bunuh diri karena ekonomi orang tuanya tak sanggup membiayai kebutuhan sekolahnya.

Inilah salah satu bukti nyata betapa janji sorga para politisi, entah itu caleg maupun capres pada saat kampanye hanya berisi kibulan dan bohong-bohongan belaka.

Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, kini saatnya kita harus sadar, kita jangan lagi mau dikibuli oleh orang-orang yang berpikiran picik, apalagi saat-saat menjelang pemilu 2009 nanti. Jangan heran bang, saat-saat sekarang ini kita akan menyaksikan sandiwara para politisi atau caleg yang tiba-tiba menjadi sok sangat peduli, sok ikut prihatin dengan kondisi kesusahannya rakyat, sok baik hati, dan berbagai macam lakon kepura-puraan yang ditampilkan. Mereka-mereka yang selama ini hidup diatas menara gading, hidup dengan fasilitas berkecukupan, hidup mewah, dan tidak pernah merakyat akan menggunakan kekuatan uangnya untuk mengibuli bapak-bapak, ibu-ibu, dan abang-abang. Mereka-mereka itu tiba-tiba hadir bagaikan pahlawan kesiangan ditengah-tengah rakyat, karena mereka berharap dapat dukungan suara dengan memilih mereka pada saat pemilu nanti.

Begitupun dengan para caleg yang sekarang masih duduk di DPR ataupun bekas pejabat lainnya. Pada saat mereka duduk terpilih sebagai DPR-RI hasil pemilu 2004 kemarin, khususnya yang berasal dari daerah pemilihan DKI Jakarta, entah yang berasal dari partai apapun, tidak banyak yang mereka perbuat untuk kemajuan warga Jakarta khususnya dan rakyat Indonesia umumnya. Bahkan pada saat rumah-rumah warga digusur dan dibongkar paksa oleh trantib, wakil-wakil rakyat kita yang berasal dari daerah pemilihan DKI Jakarta yang saat ini duduk di DPR-RI semuanya diam. Tidak ada upaya memperjuangkan hak-hak rakyat, misalnya menekan pemda DKI agar menyediakan pemukiman yang layak sebelum digusur.

Kini dengan kekuatan uang yang mereka punya, mereka berharap warga Jakarta akan memilih mereka kembali.

Inilah yang saya katakan sebagai bentuk kepicikan terhadap rakyat. Kita tidak boleh terperosok dua kali ke dalam lubang yang sama. Jangan mau harapan-harapan kita ditukar dengan uang, atau sembako, apalagi janji-janji palsu.


  • Tentang Harapan

Warga : kalau kita ngobrol sama warga sekitar kita nih bang, banyak warga yang ngomong ”mending golput aja deh, sama aja milih gak milih, nasib kita gak bakal berubah, malah tambah susah”. Dan parahnya lagi nih bang, banyak yang ngomong ”milih yang ada duitnya aja deh”.


Masinton : Terima kasih bang. Cara pandang warga tidak bisa disalahkan, wajar aja pandangan tersebut muncul dalam masyarakat kita. Karena selama ini yang dirasakan oleh rakyat Indonesia tidak ada perubahan apapun selain kehidupan yang semakin sulit dan susah. Sudah berbagai priode pemilu dilalui tapi rakyat merasa tidak diperjuangkan. Para politisi yang duduk di legislatif seperti DPRD maupun DPR-RI, presiden ataupun gubernur setelah terpilih kemudian meninggalkan rakyat yang sudah memilihnya. Bahkan para pejabat ataupun penyelenggara negara yang duduk karena dipilih oleh rakyat malah melakukan tindakan tidak terpuji, seperti terlibat korupsi, suap, main perempuan, dan lain sebagainya. Hanya sedikit dari mereka yang mau mengabdikan dirinya untuk membangun harapan rakyatnya, sebagian besar dari mereka hanya mengabdi pada diri pribadinya, bahkan memperkaya diri dengan cara-cara curang.

Ketika politik tidak lagi mendatangkan harapan bagi rakyat, maka wajar kalau rakyat mengekspresikan kekecewaannya.

Saran saya jangan golput dalam pemilu 2009 nanti. Golput menjadi sah ketika tidak ada pilihan, namun dengan sistem pemilu 2009 nanti yang berbeda dengan sistem pemilu sebelumnya, sebaiknya rakyat menggunakan hak pilihnya. Karena sistem pemilu 2009 membolehkan pemilih untuk memilih calon legislatif secara langsung, artinya pemilih ataupun rakyat Indonesia tidak lagi sekedar disuguhkan ”kucing kurap dalam karung” oleh parpol. Undang-undang pemilu nomor 10 tahun 2008 memungkinkan calon yang berada pada nomor urut paling bawah terpilih duduk di parlemen, bila perolehan suaranya melampaui nomor urut diatasnya seperti yang diatur oleh undang-undang sebanyak 30 persen suara dari bilangan pembagi pemilih atau BPP, kalau dalam peraturan internal PDI Perjuangan sebanyak 15 persen suara dari bilangan pembagi pemilih. Misalnya BPP untuk satu kursi DPR-RI sejumlah 250.000 suara, maka saya sebagai caleg DPR-RI dari PDI Perjuangan yang berada dinomor urut paling bawah atau nomor 10 bisa memperoleh satu kursi DPR-RI, jika saya mencapai suara terbanyak sampai 30 persen dari BPP atau kira-kira sejumlah 75.000 suara yang memilih dengan mencontreng nama saya seperti yang diatur oleh undang-undang. Atau minimal memperoleh 15 persen suara atau 37.500 suara seperti aturan internal partai saya PDI Perjuangan.

Pilihan adalah harapan, artinya jangan pernah menitipkan harapan kepada orang-orang yang terbukti tidak memiliki komitmen kerakyatan, jangan pernah memberikan pilihan kepada orang-orang yang terindikasi terlibat praktek korupsi dan suap, jangan pernah memberikan pilihan kepada orang-orang culas dan berpikiran picik yang merendahkan rakyat.

Jangan mau harapan-harapan bapak, ibu, serta saudara-saudara sekalian dipertukarkan dengan iming-iming sembako, uang, apalagi janji-janji palsu. Kalau ada orang memberikan usahakan untuk ditolak, kalaupun akhirnya diterima, jangan sekali-kali memilihnya. Karena itu adalah bentuk politik transaksi yang mereka lakukan kepada rakyat, dan orang-orang yang bermentalitas culas begini biasanya setelah terpilih dan duduk di parlemen, mereka akan melakukan politik transaksi yang lebih besar. Artinya harapan-harapan perubahan yang lebih baik buat rakyat yang bapak, ibu, dan saudara titipkan kepada orang yang tidak tepat, dan harapan tersebut akan dipertukarkannya menjadi rupiah dalam jumlah besar untuk menambah pundi-pundi kekayaannya sekaligus mengembalikan modalnya saat kampanye, dan selanjutnya mereka tak akan pernah berani kritis memperjuangkan hak-hak rakyat.

Mengenali orang-orang yang sejatinya tidak memiliki komitmen terhadap rakyat akan mudah kita kenali asal kita jeli. Hal standar yang mereka lakukan pada saat mendatangi rakyat adalah mereka datang dengan janji kecap, akan begini dan akan begitu bila nanti terpilih. Berpura-pura sok baik, sok peduli, apapun mereka akan berikan karena mereka berharap dipilih, padahal sejatinya mereka sebelumnya tidak pernah membangun komunikasi kepada rakyat apalagi rakyat kecil.

Saya mengajak masyarakat untuk mengetahui latar belakang, sepak terjang ataupun jejak rekam sang calon selama ini. karena dengan mengenali latar belakang dan kiprahnya sang calon, kita akan mengetahui sejatinya orang tersebut, memiliki komitmen perjuangan dengan rakyat atau hanya sekedar mengibuli rakyat. Karena dengan mengetahui sepak terjangnya selama ini kita akan tahu bahwa sang calon tersebut sudah berbuat apa saja buat kemajuan rakyat dan negaranya. Kiprah dan sepak terjang sang calon haruslah diperkuat dengan bukti yang pernah dia lakukan selama ini, bukan dengan janji akan begini-akan begitu bila terpilih nanti.


Lanjutan pointers rangkuman dialog Masinton dan Rakyat akan kami sajikan dalam edisi berikutnya.

disunting oleh: tim media "Masinton-10"

Tidak ada komentar: